Cara Mengetahui Jurnal Discontinued pada Scopus

cara mengetahui jurnal discontinued

Apakah Anda sudah memahami cara mengetahui jurnal discontinued? Anda bisa mengetahui apakah sebuah publikasi ilmiah merupakan jurnal discontinued dengan memeriksanya lewat Scopus.

Penting bagi Anda untuk memahami hal yang satu ini. Pemahaman ini bertujuan agar nantinya Anda tidak melakukan publikasi ilmiah di jurnal discontinued tersebut.

Sebab terdapat beberapa dampak negatif yang bisa Anda dapatkan ketika menerbitkan publikasi ilmiah di jurnal discontinued ini. Misalnya, Anda akan kesulitan dalam mengembangkan karir akademik sebagai seorang dosen ketika melakukan publikasi ilmiah di penerbit tersebut.

Kali ini Parafrase Indonesia akan membagikan beberapa informasi terkait jurnal discontinued, termasuk cara mengetahuinya lewat situs Scopus. Namun sebelum mengetahui hal ini lebih lanjut, simak penjelasan terkait jurnal discontinued terlebih dahulu pada bagian berikut.

Apa Itu Jurnal Discontinued?

Publikasi ilmiah merupakan salah satu kewajiban yang mesti dijalankan seorang dosen ketika bertugas. Salah satu bentuk publikasi yang banyak digunakan oleh para dosen untuk menunaikan kewajiban dalam menerbitkan karya tulis ilmiah tersebut.

Akan tetapi, tidak setiap jurnal yang bisa digunakan oleh para dosen untuk menerbitkan publikasi ilmiah yang sudah dikerjakan. Terdapat beberapa jenis jurnal yang mesti Anda hindari agar tidak mendapatkan dampak negatif dari publikasi ilmiah tersebut.

Jurnal discontinued merupakan salah satu media publikasi yang mesti Anda hindari ketika ingin menerbitkan artikel ilmiah. Secara umum, jurnal discontinued ini merupakan publikasi ilmiah yang sudah dihapus dari database yang ada.

Database jurnal ini merupakan standar apakah publikasi yang dilakukan menjadi kredibel atau berkualitas. Salah satu database yang banyak menjadi acuan dalam memilih jurnal ilmiah adalah Scopus.

Banyak faktor yang membuat Scopus menjadi salah satu database yang memiliki reputasi besar dalam dunia ilmiah. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah proses seleksi indeksi yang ketat.

Sebuah jurnal yang terindeks Scopus biasanya memiliki kualitas yang mumpuni. Sebab proses seleksi Scopus yang ketat menjadi jaminan bahwa jurnal yang terindeks database yang satu ini memiliki kualitas yang baik.

Meskipun demikian, jurnal yang sudah terindeks Scopus tidak berarti akan memiliki kualitas bagus secara terus menerus. Jurnal yang sudah terindeks Scopus ini bisa saja memiliki kualitas yang rendah ketika penerbit tersebut dihapus dari database yang ada.

Scopus biasanya akan rutin melakukan peninjauan kembali kepada jurnal-jurnal yang sudah terindeks di database tersebut. Ketika sebuah jurnal dirasa tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan, maka penerbit tersebut akan dihapus dari database yang ada di Scopus.

Nah, jurnal-jurnal yang terhapus dari database Scopus inilah yang nantinya dikenal dengan jurnal discontinued. Oleh sebab itu, bisa dipastikan jurnal discontinued ini memiliki kualitas yang tidak mumpuni, sehingga perlu untuk Anda hindari ketika ingin mempublikasikan karya tulis ilmiah yang sudah dikerjakan.

Penyebab Jurnal Discontinued

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penyebab utama sebuah penerbit termasuk ke dalam jurnal discontinued adalah ketika media publikasi tersebut dihapus dari database Scopus. Terdapat beberapa alasan yang membuat jurnal tersebut dihapus dari database ilmiah yang ada, seperti.

1. Pelanggaran Etika Publikasi

Penyebab pertama yang membuat sebuah media penerbit menjadi jurnal discontinued adalah ditemukannya pelanggaran etika publikasi. Dalam menerbitkan sebuah karya ilmiah, pihak penerbit mesti memperhatikan etika-etika ketika melakukan publikasi.

Etika publikasi ini biasanya berkaitan dengan artikel-artikel ilmiah yang terdapat dalam jurnal tersebut. Salah satu pelanggaran etika yang seringkali ditemukan dalam sebuah publikasi ilmiah adalah adanya indikasi tindakan plagiarisme.

Plagiarisme merupakan dosa besar dalam dunia ilmiah. Ketika sebuah karya tulis ilmiah terindikasi plagiarisme, maka reputasi dan kredibilitas dari penulis atau akademisi yang membuat tulisan tersebut akan hancur begitu saja dalam dunia akademik.

Selain itu, pelanggaran etika publikasi lain yang sering ditemukan adalah adanya penulis yang tidak sah hingga manipulasi data dalam penulisan artikel ilmiah tersebut.

2. Kualitas Penelitian yang Buruk

Penyebab berikutnya sebuah media publikasi menjadi jurnal discontinued adalah kualitas penelitian yang buruk. Ketika kualitas penelitian sebuah jurnal buruk, maka penerbit tersebut tentu tidak bisa memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh database ilmiah, seperti Scopus dan lainnya.

Banyak faktor yang bisa mempengaruhi kualitas penelitian yang buruk dari jurnal discontinued ini.

1 Step 1
Apa yang Membuat Anda Tertarik Melakukan Parafrase?
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right
FormCraft - WordPress form builder

Salah satu penyebab hal ini adalah tidak adanya proses seleksi yang ketat, sehingga kualitas artikel ilmiah yang diterbitkan tidak ditinjau secara rinci oleh para ahli di bidangnya.

3. Penyalahgunaan Sistem

Penyebab terakhir mengapa sebuah media penerbit bisa menjadi jurnal discontinued adalah adanya penyalahgunaan sistem.

Beberapa hal yang bisa termasuk dalam penyalahgunaan sistem ini adalah adanya manipulasi peringkat atau menciptakan jurnal palsu lainnya untuk mendapatkan keuntungan dalam hal finansial.

Ciri-Ciri Jurnal yang Berpotensi Discontinued

Anda juga perlu memahami ciri-ciri dari jurnal yang berpotensi discontinued. Anda bisa mengetahui ciri-ciri discontinued ini dengan memperhatikan beberapa hal, seperti:

1. Informasi Reputasi Editorial Jurnal

Sebuah jurnal discontinued biasanya tidak memiliki informasi yang jelas terkait reputasi editor dan dewan editorial yang ada di penerbit tersebut.

2. Proses Seleksi dan Penyuntingan

Proses seleksi dan penyuntingan dari jurnal discontinued biasanya tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada umumnya. Biasanya sebuah jurnal akan memiliki proses seleksi yang ketat sebelum menerbitkan sebuah publikasi ilmiah.

Akan tetapi, hal ini tidak dijalankan sesuai dengan prosedurnya dalam jurnal discontinued.

Perhatikan Cara Menyusun Karya Ilmiah yang Baik:

3. Informasi Indeksi Jurnal

Anda juga bisa melihat informasi indeksi dari sebuah jurnal untuk mengetahui apakah penerbit tersebut terindikasi discontinued atau tidak. Jurnal discontinued biasanya tidak mencantumkan informasi yang jelas terkait indeksi dari database tertentu, seperti Scopus, Web of Science, dan sejenisnya.

4. Reputasi Penerbit Jurnal

Hal terakhir yang bisa Anda lakukan untuk mengetahui jurnal discontinued adalah dengan melihat reputasi penerbit tersebut. Anda bisa mengumpulkan informasi dari akademisi lainnya agar tidak salah dalam memilih media publikasi artikel ilmiah.

Cara Mengetahui Jurnal Discontinued pada Scopus

Terdapat beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengetahui jurnal discontinued lewat laman Scopus, yakni:

1. Kunjungi Laman Scopus

Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah mengunjungi laman Scopus. Anda bisa mengunjungi laman Scopus dengan mengakses situs https://www.scopus.com/home.uri.

2. Buka ‘Scopus Content’

Setelah membuka laman awal Scopus, Anda bisa membuka bagian ‘Scopus Content’ yang ada di situs tersebut.

3. Pilih ‘Scopus Source List’

Kemudian Anda bisa mengklik ‘Scopus Source List.’ Pada bagian ini, Anda akan menemukan file Microsoft Excel yang berisi daftar jurnal discontinued.

4. Unduh file Microsoft Excel

Langkah berikutnya yang bisa Anda lakukan adalah mengunduh file Microsoft Excel yang ada di situs tersebut.

5. Lakukan Pemeriksaan Nama Jurnal

Setelah mengunduh file Microsoft Excel, Anda bisa melakukan pemeriksaan untuk menemukan daftar jurnal discontinued yang terdapat dalam database Scopus.

Dampak Jurnal Discontinued pada Dosen

Informasi terakhir yang bisa Anda dapatkan dalam artikel ini adalah dampak jurnal discontinued bagi dosen yang ada di Indonesia. Terdapat beberapa dampak negatif yang bisa dirasakan oleh dosen ketika melakukan publikasi di jurnal discontinued, yaitu:

1. Tidak Mendapatkan Angka Kredit

Seperti yang sudah disinggung pada bagian awal artikel, publikasi ilmiah merupakan salah satu kewajiban yang mesti dilakukan oleh seorang dosen dalam bertugas. Nantinya setiap publikasi ilmiah yang dilakukan oleh dosen ini akan mendapatkan angka kredit atau nilai KUM sesuai ketentuannya masing-masing.

Namun, angka kredit ini tidak akan berlaku ketika Anda menerbitkan artikel ilmiah di jurnal discontinued. Dengan demikian, Anda tidak akan bisa merasakan manfaat dari publikasi ilmiah yang sudah dilakukan ketika menerbitkan karya tulis di jurnal tersebut.

2. Menghambat Kenaikan Jabatan Fungsional

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, angka kredit yang dimiliki oleh setiap dosen merupakan salah satu faktor yang menunjang kenaikan jabatan fungsional di dunia akademik.

Kenaikan jabatan fungsional ini bisa memberikan banyak manfaat bagi seorang dosen, seperti tambahan pemasukan lewat tunjangan dan lainnya.

Jadi ketika Anda menerbitkan artikel ilmiah di jurnal discontinued, maka hal tersebut bisa saja menghambat kenaikan jabatan fungsional dosen di dunia akademik.

3. Menurunkan Reputasi Akademik

Publikasi ilmiah di jurnal discontinued bisa merusak reputasi akademik yang Anda miliki. Sebab salah satu penyebab sebuah penerbit menjadi jurnal discontinued adalah adanya pelanggaran etika publikasi yang dilakukan dalam proses penerbitannya.

Jika reputasi akademik Anda tercoreng, hal ini tentu akan mempersulit kerja sama dengan akademisi lain maupun kegiatan yang berkaitan dengan dunia keilmuan lainnya.

4. Merusak Citra dan Kredibilitas Dosen

Dampak buruk terakhir dari publikasi ilmiah di jurnal discontinued adalah bisa merusak citra dan kredibilitas seorang dosen. Hal ini tentu bisa berakibat pada kepercayaan akademisi lain terhadap keahlian seorang dosen di bidang keilmuan yang mereka tekuni.

Itulah beberapa informasi yang bisa Anda ketahui terkait jurnal discontinued, mulai dari definisi, cara mengetahui, hingga dampaknya.

Selain publikasi karya ilmiah dalam bentuk jurnal, Anda juga bisa menerbitkan hasil penelitian menjadi buku berkualitas, loh!

Hanya dengan Layanan Parafrase Konversi, cukup siapkan karya ilmiah Anda (skripsi, tesis, disertasi, atau hasil penelitian lainnya), lalu tim profesional bersertifikasi BNSP dari Parafrase Indonesia akan mengubah karya ilmiah Anda menjadi buku ber-ISBN yang sesuai standar Dikti.

Setelah itu, Anda bisa mengajukan buku tersebut saat pelaporan BKD guna menunjang percepatan karier Anda sebagai dosen.

Tunggu apa lagi? Yuk, konversikan karya ilmiah Anda dan raih jabatan fungsional yang lebih baik!

Bagikan artikel ini melalui

Picture of Irfan Jumadil Aslam
Irfan Jumadil Aslam
Irfan Jumadil Aslam mulai menulis, khususnya sebagai SEO Content Writer sejak September 2022. Memiliki minat khusus pada tema bahasan sejarah, budaya, dan olahraga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *