Hadirnya Artificial Intelligence memberikan berbagai kemudahan dalam aktivitas manusia. Salah satunya adalah maraknya fitur proofreading AI untuk membantu proses publikasi ilmiah.
Kemunculan tools ini bisa membantu Anda mengoreksi tulisan secara cepat dan mudah. Tak heran, banyak dosen yang memanfaatkan kecanggihan itu saat menyusun karya ilmiah.
Meskipun terkesan cepat, penggunaan AI untuk proofreading kerap menimbulkan polemik.
Lalu, apakah sebenarnya penggunaan AI dalam mengoreksi karya ilmiah itu aman? Yuk, simak uraian selengkapnya berikut ini!
Daftar Isi
ToggleProofreading dengan AI
Proofreading merupakan salah satu tahapan yang wajib dilakukan oleh penulis ketika membuat karya ilmiah. Secara umum, proofreading didefinisikan sebagai aktivitas untuk menemukan kesalahan pada sebuah naskah penulisan.
Dengan melakukan proofreading, kesalahan yang mungkin terlewat pada saat proses penulisan, seperti kesalahan ejaan, penggunaan tanda baca, penulisan gaya bahasa, dan hal teknis lainnya bisa diperbaiki.
Namun proses ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, terlebih jika seorang penulis tidak memiliki keahlian yang mumpuni.
Oleh sebab itu, hadirnya proofreading AI sering dimanfaatkan oleh para penulis untuk mempermudah proses pemeriksaan naskah. Meskipun demikian, Anda mesti berhati-hati ketika menggunakan fitur tersebut.
AI yang pada dasarnya menggunakan kecerdasan buatan tentu tidak sebaik otak manusia yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melakukan pengecekan.
Dengan demikian, kualitas pemeriksaan naskah yang dilakukan AI tentu tidak sebaik tulisan yang diperiksa oleh ahli di bidangnya.
Tidak hanya itu, Anda juga bisa terancam bahaya ketika menggunakan proofreading AI.
Oleh karena itu, jangan terlena dengan kemudahan yang ditawarkan. Sebab bisa saja Anda akan mendapatkan masalah pada karya ilmiah yang diperiksa.
Bahaya Proofreading AI Terhadap Karya Tulis Ilmiah
Lantas apa saja bahaya yang bisa mengancam Anda ketika menggunakan AI saat proses proofreading?
1. Keterbatasan Memahami Gaya Penulisan
Proofreading AI memiliki keterbatasan dalam memahami gaya penulisan karya ilmiah. Sistem kecerdasan yang terdapat dalam AI biasanya membuat fitur tersebut hanya mematuhi tata bahasa yang baku.
Padahal gaya penulisan yang digunakan seorang dosen bisa jauh lebih kompleks.
Oleh sebab itu, AI bisa saja mengubah struktur penulisan yang sudah ada sebelumnya. Lebih buruk lagi, perubahan ini bisa saja mengubah makna dan informasi yang ingin disampaikan penulis dalam tulisan tersebut.
2. Kompleksitas Tata Bahasa
Tools AI akan mengalami kesulitan ketika mendeteksi naskah dengan tata bahasa yang rumit. Tak jarang, AI kesulitan menangani kalimat yang panjang dan kompleks dalam sebuah karya ilmiah.
Hal ini membuat AI tidak maksimal dalam menafsirkan subjek, predikat, objek, dan susunan lainnya yang terdapat dalam sebuah kalimat. Selain itu, AI juga akan kesulitan dalam mendeteksi ide dari sebuah kalimat yang bertingkat.
Dengan demikian, saran yang diberikan dari hasil pemeriksaan AI ini tentu tidak relevan lagi untuk digunakan.
3. Kesalahan Pemahaman Konteks
Pada dasarnya, AI bekerja berdasarkan pola yang sudah diatur oleh platform penyedia fitur ini. Hal tersebut justru membuat AI sering mengalami kesalahan dalam memahami konteks tulisan.
Dalam sebuah karya ilmiah, terkadang seorang penulis menggunakan terminologi khusus. Penempatan terminologi khusus ini biasanya tidak bisa dimaknai dengan baik oleh AI.
Hal tersebut justru membuat saran perbaikan yang diberikan oleh AI tidak sesuai dengan konteks yang ada.
4. Pengabaian Kesalahan Subtil
Proofreading AI juga akan mengalami kesulitan dalam mendeteksi kesalahan subtil dalam sebuah naskah.
Beberapa contoh kesalahan subtil yang bisa saja terjadi adalah salah logika, perbedaan dalam penggunaan istilah teknis, hingga bagian teks yang tidak sesuai satu sama lain.
AI sering mengabaikan kesalahan yang bersifat subtil ini. Hal tersebut tentu saja mengurangi keakuratan pemeriksaan naskah yang dibuat.
5. Kemungkinan Terkena AI Detector
Salah satu bahaya yang sangat fatal ketika Anda memanfaatkan fitur ini adalah kemungkinan terkena AI detector .
Seperti yang sudah dibahas dalam artikel Turnitin dan AI, saat ini aplikasi pemeriksa plagiarisme, seperti Turnitin memang sudah dilengkapi fitur pendeteksi keterlibatan AI dalam sebuah tulisan.
Artinya Turnitin saat ini tidak hanya mendeteksi tingkat plagiarisme dalam tulisan yang sudah Anda buat, tetapi juga bisa mengindikasi adanya keterlibatan AI atau tidak.
Hasil pemeriksaan ini tentunya akan berpengaruh pada kualitas karya ilmiah Anda.
Baca Juga:
- Cara Mendeteksi AI di Turnitin
- 7 Rekomendasi Tools Proofreading Online
- 8 Tahap Proofreading Karya Ilmiah Sebelum Dipublikasikan
- Jasa Proofreading vs Self Proofreading, Lebih Efektif Mana?
- Cara Menemukan Hidden Text di Turnitin
6. Risiko Kebocoran Privasi dan Keamanan Data
Bahaya terakhir yang mengancam Anda ketika memanfaatkan proofreading AI adalah adanya kemungkinan risiko kebocoran privasi dan keamanan data.
Ketika memanfaatkan fitur ini, biasanya Anda akan diminta untuk mengunggah dokumen naskah yang sudah dikerjakan.
Hal ini tentu membuat naskah penelitian yang Anda kerjakan bisa bocor sebelum dipublikasikan secara luas.
Tidak hanya itu, data pribadi milik Anda juga bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, Anda mesti berhati-hati lagi ketika memutuskan untuk menggunakan proofreading AI.
Parafrase Indonesia, Solusi Proofreading Berkualitas
Melihat begitu banyak bahaya proofreading menggunakan AI, Parafrase Indonesia hadir dengan Layanan Parafrase Similarity untuk membantu Anda dalam menjaga kualitas karya ilmiah.
Dengan layanan ini, Anda tak perlu menghabiskan banyak waktu untuk proofreading secara manual. Hanya dengan biaya mulai dari Rp10.000,- Anda cukup mengirimkan naskah kepada Kami lalu tim bersertifikasi BNSP dari Parafrase Indonesia yang akan menangani karya ilmiah Anda.
Tak hanya proofreading, naskah Anda juga akan mendapat jaminan terbebas dari plagiarisme.
Jadi, tunggu apa lagi? Mau proofreading cepat dan hasil berkualitas? Kirim naskah Anda ke Parafrase Indonesia!