Cara Menulis Buku Referensi Tanpa Harus Riset Ulang

cara menulis buku referensi

Anda ingin menulis buku referensi, tetapi sering kali terkendala oleh waktu, riset tambahan, atau kesibukan akademik lainnya. Padahal, cara menulis buku referensi sebenarnya tidak selalu harus dimulai dari nol. Karya ilmiah yang sudah ada seperti jurnal, laporan penelitian, atau artikel ilmiah, bisa diolah kembali menjadi buku referensi yang kredibel dan bermanfaat.

Lantas, bagaimana cara menulis buku referensi tanpa harus melakukan penelitian atau riset ulang? Simak ulasan berikut!

Mengapa Dosen Perlu Menerbitkan Buku Referensi?

Sebelumnya, Anda perlu memahami kembali beberapa alasan, mengapa sebagai dosen, Anda perlu menerbitkan buku referensi? Menulis dan menerbitkan buku referensi bukan hanya sekadar menambah publikasi, tetapi juga merupakan bagian penting dari kontribusi akademik seorang dosen. 

Inilah 7 di antara beberapa alasan mengapa penerbitan buku referensi sangat penting:

1. Mengoptimalkan Hasil Penelitian

Sangat disayangkan, ternyata banyak hasil penelitian dosen hanya berakhir di repositori atau jurnal ilmiah yang tidak banyak dibaca publik, bukan? Padahal, isi penelitian tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi buku referensi. Dengan mengubah penelitian menjadi buku, temuan akademik bisa lebih mudah dipahami oleh mahasiswa maupun masyarakat luas.

Selain itu, penerbitan buku referensi membuat penelitian memiliki umur manfaat yang lebih panjang. Buku menjadi sarana untuk mendiseminasikan ilmu pengetahuan secara berkelanjutan, bukan hanya berhenti di publikasi ilmiah yang terbatas pembacanya.

2. Memenuhi Laporan BKD

Dalam sistem Beban Kerja Dosen (BKD), publikasi ilmiah menjadi salah satu poin penting penilaian. Buku referensi yang ber-ISBN dapat digunakan sebagai bukti kegiatan akademik yang sah. Artinya, menulis buku bukan hanya bentuk kontribusi ilmiah, tetapi juga memenuhi kewajiban administratif.

Lebih dari itu, buku referensi juga bisa menjadi bukti kinerja dosen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan begitu, satu karya dapat mendukung dua aspek sekaligus, yaitu pengembangan akademik dan pemenuhan tanggung jawab institusional.

3. Mendapatkan Angka Kredit untuk Kenaikan Jabatan

Alasan selanjutnya, penerbitan buku referensi memberikan nilai tambah dalam penilaian kenaikan jabatan fungsional dosen. Buku ber-ISBN yang memenuhi kriteria akademik diakui sebagai salah satu bentuk karya ilmiah yang memiliki bobot tinggi dalam penilaian angka kredit.

4. Meningkatkan Reputasi Akademik

Dosen yang produktif menerbitkan buku akan lebih dikenal di kalangan akademik maupun masyarakat. Bagaimana bisa? Buku referensi menjadi bukti otoritas keilmuan seseorang di bidang tertentu. Semakin banyak karya yang diterbitkan, semakin kuat pula reputasi akademiknya.

Buku referensi juga meningkatkan kepercayaan mahasiswa dan kolega terhadap kualitas pengajaran. Dosen yang memiliki buku cenderung dianggap lebih kredibel dan kompeten dalam menguasai topik yang diajarkan.

5. Memberikan Sumber Belajar yang Kredibel

Mahasiswa sering kesulitan menemukan referensi yang sesuai dengan konteks lokal atau kurikulum di kampus. Buku referensi yang ditulis oleh dosen dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Konten yang disusun berdasarkan pengalaman dan penelitian sendiri akan lebih relevan dengan kebutuhan pembelajaran.

6. Memperluas Jangkauan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa disebarluaskan, bukan? Nah, melalui buku referensi, hasil riset dan pengalaman akademik dapat menjangkau pembaca yang lebih luas, karena tidak hanya di kampus sendiri, tetapi juga bisa dibaca secara luas antar universitas bahkan internasional.

Buku yang diterbitkan dan memiliki ISBN bisa diakses oleh pustaka digital, perpustakaan nasional, hingga toko buku daring. Hal ini memperluas dampak akademik dan meningkatkan visibility karya seorang dosen di dunia ilmiah.

7. Mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi

Menulis buku referensi adalah bagian dari pelaksanaan Tri Dharma, khususnya pada aspek pendidikan dan penelitian. Buku menjadi sarana mengintegrasikan hasil riset ke dalam proses pembelajaran.

Selain itu, penerbitan buku juga mencerminkan semangat pengabdian. Dengan berbagi ilmu melalui tulisan, dosen turut berkontribusi pada pembangunan intelektual masyarakat luas.

Cara Menulis Buku Referensi Tanpa Harus Riset Ulang

Banyak dosen berpikir bahwa menulis buku referensi harus dimulai dari riset baru. Padahal, Anda bisa menulis buku referensi tanpa harus melakukan riset ulang dari awal. Caranya adalah dengan melakukan konversi karya tulis ilmiah (KTI) menjadi buku referensi.

Apa itu konversi KTI? Mengonversi KTI adalah proses mengubah karya ilmiah seperti jurnal, laporan penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi, menjadi naskah buku yang mudah dipahami pembaca umum, tanpa mengubah substansi ilmiahnya. Proses ini membantu Anda sebagai dosen untuk memanfaatkan karya yang sudah ada agar tidak dianggurin dan tetap produktif secara akademik.

Namun, fakta lainnya adalah banyak dosen (mungkin termasuk Anda) menghadapi kendala saat ingin melakukan konversi. Misalnya, tidak punya cukup waktu untuk menyusun ulang naskah, belum memahami format dan struktur buku referensi, atau bingung bagaimana menyesuaikan bahasa akademik agar lebih komunikatif. Hambatan inilah yang sering membuat rencana penerbitan buku tertunda.

Nah, untuk mengatasi kendala tersebut, Anda bisa loh memanfaatkan salah satu layanan Konversi KTI dari Parafrase Indonesia. Layanan ini hadir untuk membantu dosen mengubah karya ilmiahnya menjadi buku referensi yang siap terbit dan ber-ISBN. Dengan bantuan tim profesional, Anda tidak perlu lagi mengatur ulang struktur, menulis ulang isi, atau memikirkan format buku dari awal.

1 Step 1
Apa yang Membuat Anda Tertarik Melakukan Parafrase?
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right
FormCraft - WordPress form builder

Keunggulan layanan Konversi KTI adalah efisiensinya. Anda cukup menyerahkan karya ilmiah yang sudah dimiliki, dan tim Parafrase Indonesia akan membantu mengubahnya menjadi naskah buku sesuai kaidah akademik dan gaya bahasa yang lebih komunikatif. Buku hasil konversi pun bisa langsung digunakan untuk pelaporan BKD atau klaim angka kredit.

Demikian cara menulis buku referensi tanpa harus riset ulang. Jika Anda memiliki kendala tertentu, cukup hubungi Parafrase Indonesia untuk berkonsultasi lebih lanjut. Yuk, mulai menulis hari ini!

Bagikan artikel ini melalui

Picture of Dhea Salsabila
Dhea Salsabila
SEO Specialist dan Content Editor di Parafrase Indonesia

Leave a Reply

Cari Artikel Lainnya

Jangan Lewatkan!

Ebook Terbaru🔥