100 Daftar Kata Serapan dari Bahasa Jawa dan Artinya

kata serapan dari bahasa jawa

Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari ternyata menyimpan banyak jejak dari bahasa daerah, salah satunya bahasa Jawa. Banyak kata serapan dari bahasa Jawa yang kini terasa begitu alami digunakan, bahkan tanpa kita sadari asal-usulnya. Fenomena ini menunjukkan betapa kayanya warisan budaya dan bahasa Nusantara yang terus hidup dalam percakapan modern.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing, yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian bentuk dan ejaan. Proses penyerapan ini bisa dilakukan secara penuh (tanpa perubahan bentuk) atau sebagian (dengan penyesuaian ejaan atau pelafalan).

Dalam artikel ini, kami akan menyajikan 100 daftar kata serapan dari bahasa Jawa dan artinya secara lengkap dan informatif.

Kata Serapan dari Bahasa Jawa dan Artinya

Inilah 100 kata serapan dari bahasa Jawa dan artinya yang telah digunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari:

  1. Abdi – pelayan
  2. Acara – tingkah laku, tindak tanduan, kelakuan
  3. Adipati – kepala daerah setingkat bupati
  4. Ajian – mantra atau ilmu sakti
  5. Andong – kereta kuda tradisional
  6. Angkringan – warung kecil di pinggir jalan
  7. Anyar – baru, belum pernah ada
  8. Asu – anjing (digunakan dalam konteks logat)
  9. Badhe – akan (dalam bahasa halus Jawa)
  10. Bakul – pedagang kecil
  11. Balai – gedung pertemuan
  12. Batik – kain bergambar khas Indonesia
  13. Begal – perampok jalanan
  14. Bekti – hormat
  15. Blangkon – penutup kepala khas Jawa
  16. Bocah – anak kecil
  17. Bondho – harta benda
  18. Bupati – penguasa/tuan tanah (kini sebagai kepala pemerintahan kabupaten)
  19. Candikala – waktu senja
  20. Cangkul – alat untuk menggali tanah
  21. Cengkir – kelapa muda
  22. Dalan – jalan
  23. Dapur – tempat memasak
  24. Duwit – uang
  25. Embok – ibu
  26. Endhog – telur
  27. Gamelan – alat musik tradisional
  28. Gedhang – pisang
  29. Gending – lagu tradisional Jawa
  30. Geger – keributan
  31. Gerobak – alat angkut roda
  32. Golek – mencari
  33. Gunungan – simbol dalam wayang
  34. Ijo – hijau
  35. Jamu – obat tradisional
  36. Janur – daun kelapa muda
  37. Jaran – kuda
  38. Jati – jenis pohon keras
  39. Jemparingan – olahraga panahan tradisional
  40. Jodoh – pasangan hidup
  41. Kaleng – wadah logam
  42. Kanca – teman, sahabat, kaki tangan, pembantu
  43. Kanthi – dengan
  44. Kapuk – bahan dari pohon kapuk
  45. Karawitan – seni musik gamelan
  46. Katresnan – cinta
  47. Kebaya – pakaian tradisional wanita
  48. Kendi – wadah air dari tanah liat
  49. Kerasan – betah
  50. Keris – senjata tradisional
  51. Kethoprak – teater tradisional
  52. Kijang – hewan rusa kecil
  53. Kulo – saya (bahasa halus)
  54. Kuncen – penjaga tempat keramat
  55. Lahar – cairan panas dari gunung
  56. Lungguh – duduk
  57. Lurah – kepala desa
  58. Macak – berhias
  59. Mangan – makan
  60. Manuk – burung
  61. Mbok – panggilan ibu
  62. Melek – terjaga, bangun, tidak tidur
  63. Mendem – mabuk
  64. Menyan – dupa
  65. Merapi – gunung berapi
  66. Mlebu – masuk
  67. Mungkir – ingkar
  68. Ndoro – tuan
  69. Ngantuk – mengantuk
  70. Ngidam – keinginan kuat (saat hamil)
  71. Nglangi – berenang
  72. Ningrat – bangsawan
  73. Pawon – dapur
  74. Pecut – cambuk
  75. Pendopo – bangunan terbuka di depan rumah
  76. Prabu – raja
  77. Putri – anak perempuan
  78. Raja – penguasa kerajaan
  79. Rakyat – penduduk
  80. Rasa – perasaan
  81. Reog – kesenian khas Ponorogo
  82. Sabda – ucapan
  83. Saji – persembahan
  84. Sakti – berilmu tinggi
  85. Sanggar – tempat berlatih seni
  86. Sekar – bunga
  87. Semar – tokoh pewayangan
  88. Sendhang – kolam
  89. Sesaji – persembahan upacara
  90. Sindhen – penyanyi gamelan wanita
  91. Sopo – siapa
  92. Surya – matahari
  93. Susuk – benda mistik untuk kecantikan
  94. Tembang – lagu tradisional
  95. Tugu – monumen
  96. Umbul – mata air
  97. Wayang – boneka pertunjukan
  98. Wedang – minuman hangat
  99. Wiyata – pengajaran, pelajaran
  100. Wulang – nasihat

Kata serapan dari bahasa Jawa tidak sekadar menambah variasi bahasa, tetapi juga membawa nilai-nilai budaya yang melekat di dalamnya. Setiap kata memiliki kisah dan makna filosofis yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa, seperti kesantunan, kesabaran, dan rasa hormat.

Dalam kehidupan modern, penggunaan kata serapan ini tetap relevan. Banyak istilah seperti mudik, batik, atau lurah masih dipakai dalam konteks formal maupun nonformal. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah tidak luntur, melainkan menyatu menjadi bagian dari bahasa nasional yang dinamis dan inklusif.

Selain itu, keberadaan kata serapan memperkaya ekspresi dan memperhalus komunikasi antarpenutur. Kata-kata seperti kulo, ndoro, atau katresnan memiliki nuansa emosional yang sulit digantikan dengan padanan lain. Nilai kesopanan dan kelembutan khas Jawa hidup melalui kosakata ini.

Pelestarian kata serapan dari bahasa Jawa juga menjadi upaya menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi. Saat generasi muda mengenal dan menggunakan kata-kata ini dengan benar, mereka tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga memahami filosofi dan sejarah di baliknya.

Itulah, bahasa  adalah hasil kreativitas manusia dalam berpikir dan menulis. Begitu pula saat Anda menulis karya ilmiah, penggunaan bahasa yang baik dan orisinal sangat penting agar tulisan tidak terjebak plagiarisme.

Jika Anda ingin memahami cara menulis dengan gaya sendiri tanpa menjiplak, Parafrase Indonesia menghadirkan “Ebook Panduan Menulis Anti Plagiarisme” yang bisa Anda download secara gratis. Ebook ini berisi panduan praktis menulis ulang kalimat agar tetap ilmiah dan bebas dari similarity tinggi.

Unduh sekarang melalui tautan berikut: Panduan Menulis Anti Plagiarisme

Bagikan artikel ini melalui

Picture of Dhea Salsabila
Dhea Salsabila
SEO Specialist dan Content Editor di Parafrase Indonesia

Leave a Reply

Cari Artikel Lainnya

Jangan Lewatkan!

Ebook Terbaru🔥