Penerapan kurikulum Outcome-Based Education (OBE) sejalan dengan kebutuhan penyusunan buku ajar berbasis OBE juga. Buku ajar ini disusun sesuai RPS. Sementara penyusunan RPS akan menyesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan perguruan tinggi.
Perubahan kurikulum di perguruan tinggi, praktis mengubah isi dari buku ajar yang menjadi pegangan dosen dan mahasiswa selama perkuliahan. Lalu, seperti apa proses penyusunan buku ajar yang relevan dengan kurikulum OBE? Berikut informasinya.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Buku Ajar Berbasis OBE?
Menyusun buku ajar berbasis OBE tentu semakin mudah jika sudah memahami definisinya. Dikutip dari IPB University, buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.
Dikutip dari Pedoman Penyusunan Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, kurikulum OBE adalah pendekatan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berfokus pada hasil akhir (outcomes) yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah menyelesaikan proses pendidikan.
Jadi, buku ajar berbasis OBE adalah buku pegangan mata kuliah yang ditulis oleh pakar bidang terkait dan didasarkan pada kurikulum OBE. Kurikulum OBE mulai diterapkan di Indonesia sejak kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Secara bertahap, perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta menerapkan kurikulum ini. Dimana ciri khas kurikulum OBE adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang fokus pada outcome (luaran).
Prinsip Utama OBE dalam Penyusunan Buku Ajar
Buku ajar berbasis OBE tentunya akan mengadopsi prinsip utama dari kurikulum OBE itu sendiri. Sehingga akan berbeda dengan buku ajar yang disusun menggunakan kurikulum lama di lingkungan perguruan tinggi. Berikut prinsip utama OBE yang dimaksud:
1. Berorientasi pada Learning Outcomes (CPL–CPMK–SubCPMK)
Prinsip yang pertama adalah berorientasi pada capaian pembelajaran atau learning outcomes. Dimana dalam kurikulum OBE akan ditetapkan dalam penentuan CPL, CPMK, dan sejumlah SubCPMK.
Buku ajar yang disusun dosen perlu disesuaikan dengan ketentuan CPL, CPMK, dan subCPMK di dalam RPS. Penerapan kurikulum OBE sendiri diawali dari penyusunan RPS berbasis OBE. Baru kemudian berlanjut ke penyusunan buku ajar berbasis kurikulum OBE.
2. Materi Terintegrasi dengan Learning Outcomes (Alignment Content)
Prinsip utama yang kedua, materi yang disajikan di dalam buku ajar berbasis OBE terintegrasi atau sejalan dengan learning outcomes. Artinya, materi di dalam buku ajar relevan dalam mendukung tercapainya CPL, CPMK, dan seluruh subCPMK yang sudah ditetapkan.
3. Pembelajaran Student Centered Learning
Prinsip yang ketiga, buku ajar yang disusun mendukung metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa atau student centered learning. Sehingga mendorong mahasiswa untuk aktif selama pembelajaran berlangsung. Buku ajar yang menjadi pegangan mahasiswa mendukung mereka untuk lebih berani aktif selama perkuliahan.
4. Penilaian Berbasis Kompetensi
Buku ajar akan berisi latihan soal atau evaluasi. Pada buku ajar yang disusun berdasarkan kurikulum OBE berisi latihan soal yang meningkatkan kompetensi mahasiswa.
Artinya, latihan soal di dalamnya akan mendukung perkembangan keahlian atau keterampilan praktis para mahasiswa. Sehingga latihan soal idealnya berbasis proyek, studi kasus, berbasis kinerja, dan latihan soal yang menghasilkan portofolio.
5. Mendukung Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement)
Prinsip utama berikutnya, adalah mendukung perbaikan berkelanjutan. Kurikulum OBE dirancang untuk mendukung proses evaluasi dan perbaikan terus-menerus. Maka isi buku ajar juga sejalan dengan hal tersebut.
Jika dalam latihan soal menunjukan CPL maupun CPMK tidak tercapai. Maka dosen perlu melakukan evaluasi, kemudian perbaikan pada materi maupun latihan soal di dalam buku ajar tersebut.
Panduan Menyusun Buku Ajar Berbasis OBE
Menyusun buku ajar berbasis OBE menjadi cukup sulit karena terbilang baru. Para dosen sebelumnya sudah terbiasa menyusun buku ajar dengan kurikulum lama. Kemudian harus beradaptasi dengan perubahan kurikulum.
Membantu kesulitan dalam menyusun buku ajar yang berdasarkan kurikulum OBE. Maka berikut tahapannya:
1. Tentukan Outcome (CPL dan CPMK) sebagai Fondasi
Tahap pertama, adalah menentukan dulu outcome atau capaian yang ditargetkan. Yakni menentukan CPL dan juga CPMK. Berhubung buku ajar menyesuaikan RPS berbasis kurikulum OBE. Maka CPL dan CPMK dari RPS tersebut bisa dijadikan acuan.
2. Menyusun Rancangan Struktur Buku Berdasarkan CPMK
Buku ajar akan berisi materi-materi perkuliahan selama satu semester. Sehingga materi tersebut menyesuaikan dengan CPMK yang sudah ditetapkan. Tujuannya agar materi yang disajikan mendukung tercapainya CPMK.
Jadi, di tahap kedua bisa diisi dengan kegiatan merancang struktur buku berdasarkan CPMK tersebut. Misalnya, CPMK yang ditetapkan dalam RPS adalah “Mampu menjelaskan konsep dasar penelitian ilmiah dan etika akademik”.
Maka materi yang disajikan mendukung tercapainya CPMK tersebut. Misalnya menyusun struktur yang diawali dengan menjelaskan konsep dasar penelitian ilmiah itu apa, etika akademik itu apa, dan arti pentingnya serta bagaimana penerapannya.
3. Menyusun Materi Berbasis Kompetensi, Bukan Sekadar Teori
Tahap selanjutnya setelah merancang struktur buku berdasarkan CPMK adalah menyusun materi. Dimana materi yang disajikan di dalam buku ajar berbasis OBE adalah mendorong peningkatan kompetensi mahasiswa.
Jadi, materi yang disajikan bisa mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kompetensinya. Misalnya setelah menjelaskan definisi dari etika akademik. Kemudian memberi arahan kepada mahasiswa untuk memahaminya.
Semakin paham, semakin mudah bagi mahasiswa untuk menjelaskan etika akademik tersebut. Sehingga sesuai dengan CPMK “Mampu menjelaskan konsep dasar penelitian ilmiah dan etika akademik”.
Jika meminta mahasiswa sekedar membaca atau menghafal, maka akan mudah lupa. Selain itu terbata-bata saat menjelaskan. Terutama jika diminta menjelaskan ulang tanpa buku pegangan (tidak melihat buku, catatan, dll).
3. Sesuaikan Metode Pembelajaran dengan CPMK
Buku ajar yang disusun berbasis kurikulum OBE juga mencakup penjelasan mengenai metode pembelajaran yang diterapkan. Sesuai penjelasan sebelumnya, kurikulum OBE ideal dengan metode pembelajaran Student Centered Learning.
Dimana mahasiswa menjadi pusat atau fokus utama dari kegiatan pembelajaran. Bukan lagi dosen yang menjadi fokus atau aktor utama. Sehingga buku ajar juga menjelaskan rekomendasi metode pembelajaran yang ideal dan sesuai prinsip kurikulum OBE sendiri.
Ada banyak sekali pemilihan metode pembelajaran yang relevan dengan Student Centered Learning. Misalnya diskusi kelompok, debat ilmiah, brainstorming, Project-Based Learning, Problem-Based Learning, Case Method (studi kasus), dan masih banyak lagi yang lainnya.
4. Sertakan Latihan Evaluasi yang Selaras CPMK
Langkah selanjutnya dalam menyusun buku ajar berbasis OBE adalah menyusun latihan soal yang selaras dengan CPMK. Latihan soal atau latihan evaluasi pembelajaran harus sesuai dengan CPMK yang sudah ditentukan.
Sesuai contoh sebelumnya, jika CPMK adalah “Mampu menjelaskan konsep dasar penelitian ilmiah dan etika akademik”. Maka idealnya latihan soal meminta atau memerintahkan mahasiswa untuk menjelaskan apa itu konsep dasar penelitian ilmiah.
Kemudian, ada juga perintah untuk mahasiswa menjelaskan apa itu etika akademik. Latihan ini kemudian disempurnakan oleh arahan dosen. Misalnya meminta mahasiswa menjelaskan di depan kelas. Sehingga bisa disimak oleh mahasiswa lain dan kemudian membangun interaksi tanya jawab.
5. Tambahkan Fitur Pendukung Pembelajaran
Tahap selanjutnya dalam menyusun buku ajar berbasis OBE adalah menambahkan fitur pendukung pembelajaran. Buku ajar sekali lagi menjadi pegangan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan.
Maka buku ajar perlu berisi tambahan informasi maupun fitur-fitur tertentu yang meningkatkan pemahaman mahasiswa pada materi di dalamnya. Dosen yang menyusun buku ajar bisa menambahkan beberapa fitur yang relevan.
Misalnya dengan menambahkan infografis berisi rangkuman materi yang divisualisasikan secara menarik. Contoh lain ditambahkan diagram, ringkasan per bab, glosarium, dan QR Code yang diarahkan ke referensi atau publikasi ilmiah.
Sehingga saat mahasiswa melakukan scanning ke QR Code tersebut bisa mendapat rekomendasi bahan bacaan tambahan. Nantinya bisa dibaca mahasiswa untuk lebih memahami materi atau mendalami materi di dalam buku ajar.
6. Lakukan Peer Review dan Validasi Akademik
Tahap berikutnya adalah melakukan peer review. Artinya, para dosen yang sudah menyelesaikan naskah buku ajar berbasis OBE bisa meminta diperiksa oleh pakar. Misalnya oleh dosen senior yang punya kepakaran di bidang yang sama.
Dalam tahap ini, dosen lain yang lebih senior bisa membantu memeriksa aspek substansi atau isi buku ajar. Apakah sudah sesuai dengan ketentuan di bidang keilmuan yang ditekuni atau sebaliknya.
Jika ada kekeliruan atau ketidaksesuaian, maka bisa memberi masukan untuk melakukan perbaikan. Langkah ini penting agar isi buku ajar sudah tepat dan menjadi sumber ilmu pengetahuan yang kredibel untuk para mahasiswa. Sekaligus meningkatkan kualitas isi, sehingga peluang diterima penerbit lebih tinggi.
Jika dari pihak reviewer diberi masukan dan saran revisi. Maka silahkan direvisi sesuai dengan catatan yang diberikan. Revisi ini memang melelahkan dan membuat kecewa sedikit. Namun, karena disarankan oleh ahlinya maka tentu akan meningkatkan kualitas dan kredibilitas isi buku.
7. Finalisasi dan Penerbitan Buku
Tahap terakhir dalam menyusun buku ajar berbasis OBE adalah tahap finalisasi dan penerbitan buku. Tahap finalisasi mencakup tahap revisi dari reviewer. Kemudian tahap penyusunan kelengkapan dokumen untuk mengurus penerbitan.
Naskah juga harus dirapikan agar keterbacaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebab naskah yang rapi berpeluang lebih besar diterima editor penerbit.
Baru setelahnya, para dosen bisa memilih penerbit yang terpercaya. Utamakan penerbit yang sudah berpengalaman menerbitkan buku-buku yang ditulis dosen. Sehingga sesuai dengan standar penerbitan sekaligus standar Ditjen Dikti.
Tujuannya agar buku ajar tersebut bisa masuk ke pelaporan BKD karena sesuai standar yang ada. Misalnya terbit dengan ISBN, ukuran cetak UNESCO, ketebalan buku atau jumlah halaman sesuai, dan sebagainya.
Menyusun buku ajar berbasis OBE mungkin di awal terasa susah. Sebab memang menjadi buku ajar yang beralih kiblat dari kurikulum lama menuju kurikulum baru, yakni kurikulum OBE. Namun, jika prinsip utamanya sudah dipahami dan punya panduan yang jelas. Maka penyusunan menjadi lebih mudah.
Bagi para dosen yang ingin dan harus segera menyusun buku ajar yang relevan dengan kurikulum OBE, kemudian terbentur keterbatasan waktu. Maka tidak perlu khawatir, karena bisa menggunakan Layanan Konversi KTI dari Parafrasa Indonesia.
Melalui layanan ini, Anda akan dibantu menyusun buku ajar dengan mengonversi modul. Kemudian dikerjakan oleh ahlinya yang sudah berpengalaman dan bersertifikasi. Sekaligus akan dibantu terbit dengan ISBN agar bisa masuk pelaporan BKD.
Sumber:
- LPM UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. (2025). Pedoman Penyusunan Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon. https://lpm.uinssc.ac.id/wp-content/uploads/Pedoman-Penyusunan-Kurikulum-OBE-UIN-SSC.pdf
- IPB University. (2024). Ciri-Ciri Buku Ajar. Diakses pada 8 Desember 2025 dari https://isbn.ipb.ac.id/2024/10/15/ciri-ciri-buku-ajar/
- Penerbit Deepublish [@penerbitbukudeepublish]. (2025, Nov 28). Buku ajar berbasis OBE itu bukan sekadar kumpulan materi per bab. [Foto]. Instagram. https://www.instagram.com/p/DRmWRjajq-l/
- Mahany, A. T. (2025). Prinsip-Prinsip Dasar Outcome-Based Education: Apa Itu OBE dan Mengapa Penting dalam Pendidikan? Diakses pada 8 Desember 2025 dari https://ecampuz.com/prinsip-prinsip-dasar-outcome-based-education/