Buku menjadi salah satu indikator penting untuk meningkatkan nilai akreditasi kampus, sebab menunjukkan mutu dan kinerja sebuah institusi. Bukan sekadar hasil karya ilmiah, buku juga menjadi bukti konkret dari pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi. Semakin banyak dosen yang menerbitkan buku ber-ISBN, semakin tinggi pula peluang kampus memperoleh nilai akreditasi yang unggul.
Inilah 7 urgensi buku dalam meningkatkan nilai akreditasi perguruan tinggi:
1. Bukti Kredibel Luaran Tri Dharma Perguruan Tinggi
Dalam instrumen akreditasi BAN-PT maupun LAM, dosen wajib menunjukkan luaran nyata dari kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu bentuk luaran yang diakui dan bernilai tinggi adalah buku untuk akreditasi kampus. Buku ini menunjukkan bagaimana hasil penelitian dan kegiatan pengajaran dikembangkan menjadi karya ilmiah yang bermanfaat bagi publik.
Selain itu, buku berperan sebagai dokumentasi intelektual yang kredibel dan terukur. Ia bukan hanya sekadar laporan kegiatan, tetapi juga bentuk penyebarluasan ilmu pengetahuan yang dapat diakses luas oleh mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat umum.
2. Menunjukkan Kinerja dan Produktivitas Dosen
Semakin banyak dosen menerbitkan buku ber-ISBN, semakin tinggi pula skor pada Capaian Kinerja Dosen (CKD). Buku untuk akreditasi kampus bukan hanya menjadi dokumen pendukung, tetapi juga refleksi kemampuan dosen dalam menghasilkan karya ilmiah yang bermutu.
Kinerja dosen yang konsisten menerbitkan buku juga menandakan adanya budaya menulis dan berpikir kritis di lingkungan kampus. Kegiatan ini menunjukkan bahwa dosen aktif dalam mengembangkan bahan ajar dan melakukan inovasi di bidangnya masing-masing.
Lebih dari itu, publikasi buku berkontribusi pada peningkatan nilai akreditasi institusi, karena dinilai sebagai bukti produktivitas akademik yang berkelanjutan. Buku ber-ISBN memiliki bobot nilai yang signifikan dalam penilaian BAN-PT maupun LAM.
3. Mendukung Kualitas Proses Pembelajaran
Buku yang diterbitkan oleh dosen sering digunakan sebagai bahan ajar utama di kelas. Buku tersebut memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual karena ditulis berdasarkan pengalaman riset dan praktik akademik yang relevan.
Buku karya dosen dapat menyesuaikan dengan konteks lokal maupun kekhasan bidang studi tertentu. Selain itu, buku ajar yang dibuat dosen sendiri mendorong pembelajaran berbasis riset dan pengalaman langsung, bukan hanya teori yang diambil dari sumber luar.
4. Meningkatkan Reputasi dan Daya Saing Institusi
Urgensi selanjutnya, yaitu buku dapat meningkatkan reputasi dan daya saing institusi. Ketika kampus memiliki banyak dosen yang produktif menerbitkan buku, reputasi institusi pun ikut terangkat. Buku ber-ISBN menjadi salah satu indikator prestasi akademik yang menunjukkan kemampuan dosen dan lembaga dalam menghasilkan pengetahuan baru.
Reputasi ini bukan hanya berdampak pada penilaian akreditasi, tetapi juga pada daya tarik kampus di mata calon mahasiswa, mitra industri, dan lembaga pendidikan lain. Buku untuk akreditasi kampus juga memperkuat citra institusi sebagai pusat pengembangan ilmu dan inovasi.
Dengan reputasi yang baik, kampus akan lebih mudah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, sehingga memperluas jejaring dan peluang penelitian kolaboratif.
5. Memperkuat Bukti Capaian IKU
Buku juga berperan penting dalam memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) Dikti, terutama pada IKU 5, 6, dan 7. Melalui publikasi buku, dosen telah berkontribusi pada luaran pembelajaran, hasil penelitian terapan, dan karya inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat.
Buku menjadi sebuah karya dan bukti konkret capaian IKU yang dapat diunggah pada sistem pelaporan Dikti. Keberadaan buku turut memperkuat posisi kampus dalam pemeringkatan nasional dan internasional.
Kampus yang aktif mendorong dosennya menulis buku juga akan lebih siap menghadapi audit mutu eksternal, karena memiliki bukti nyata pencapaian indikator kinerja yang diharapkan oleh kementerian.
6. Bukti HKI dan Pengakuan Akademik
Buku yang diterbitkan dengan nomor ISBN memiliki perlindungan hak cipta sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ini artinya, karya tersebut diakui secara hukum sebagai hasil pemikiran orisinal dari penulisnya.
Selain memperkuat portofolio akademik dosen, HKI dari buku juga menambah poin dalam penilaian akreditasi kampus. Semakin banyak buku yang memiliki pengakuan resmi, semakin tinggi nilai yang dapat diperoleh institusi dalam aspek luaran inovasi.
7. Efisiensi dan Keberlanjutan Dokumen Akreditasi
Terakhir, buku berfungsi sebagai dokumen resmi yang mudah diarsipkan dan digunakan kembali dalam proses akreditasi berikutnya. Hal ini membuat kampus lebih efisien dalam penyusunan borang dan laporan evaluasi diri.
Setiap buku dosen yang telah terbit menjadi bukti abadi yang dapat digunakan untuk pelaporan BKD, pengajuan kenaikan jabatan fungsional, hingga pembaruan data SINTA dan PDDikti.
Demikian, melihat pentingnya buku dalam peningkatan akreditasi, tidak sedikit dosen yang ingin menerbitkan buku namun terhambat oleh waktu dan kesibukan. Padahal, karya ilmiah yang sudah dimiliki seperti laporan penelitian, artikel jurnal, atau modul ajar sebenarnya bisa dikonversi menjadi buku akademik yang siap terbit.
Di sinilah layanan Konversi KTI dari Parafrase Indonesia hadir sebagai solusi praktis. Melalui layanan ini, dosen bisa mengubah karya ilmiah menjadi buku ber-ISBN yang layak digunakan untuk pelaporan BKD, kenaikan jabatan fungsional, dan tentu saja, meningkatkan nilai akreditasi kampus.
Yuk, konsultasikan kebutuhan Anda melalui layanan Konversi KTI Parafrase Indonesia dan wujudkan buku akademik berkualitas dari karya ilmiah Anda!
