Jika memperhatikan sejumlah contoh biografi di Google Scholar. Tentu terbantu dalam membangun biografi di profil Google Scholar yang dimiliki. Sehingga terlihat profesional, sekaligus mampu menunjukan kepakaran yang dimiliki ada di bidang ilmu apa.
Bagi dosen, mahasiswa, dan peneliti memiliki akun di Google Scholar tidak hanya membantu mendapat referensi ilmiah. Namun, membantu juga dalam proses personal dan akademik branding. Jadi, seperti apa tata cara membangun biografi Google Scholar yang profesional dan menarik? Berikut informasinya.
Daftar Isi
ToggleSekilas Tentang Biografi Google Scholar
Biografi di Google Scholar adalah bagian dari profil Google Scholar. Bio atau biografi Google Scholar adalah deskripsi singkat profil akademik yang ditampilkan pada akun Google Scholar.
Informasi yang tercantum di bio tersebut bisa diatur oleh pemilik akun. Sehingga memberi ruang bagi pemilik akun untuk menjelaskan aspek profesional yang dimiliki. Misalnya menjelaskan profesi dosen yang dijalankan, jabatan fungsional yang dipangku, nama perguruan tinggi tempat mengabdi, kepakaran keilmuan, dan sebagainya.
Memperhatikan beberapa contoh biografi di Google Scholar akan memberi inspirasi. Sehingga bisa tahu apa saja yang harus dicantumkan di bio akun yang dimiliki. Tujuannya agar bio terlihat profesional dan menunjang personal branding.
Baca Juga: Cara Memilih Jurnal untuk Publikasi Ilmiah
Pentingnya Biografi pada Google Scholar
Melengkapi profil di Google Scholar akan sangat penting bagi akademisi, baik dosen maupun mahasiswa. Sekaligus bagi kalangan peneliti, baik di lembaga penelitian maupun di berbagai perusahaan yang dikelola pemerintah sampai swasta. Lalu, apa saja arti pentingnya? Berikut beberapa diantaranya:
1. Menjelaskan Identitas Akademik Dosen
Bio di dalam Google Scholar bisa menjadi sarana personal branding dan akademik branding para dosen. Sebab di bio ini, para dosen bisa mencantumkan perguruan tinggi tempat mengabdi dan kepakaran di suatu bidang keilmuan.
Sehingga bisa menjadi media daring yang menjembatani dosen dengan publik untuk menjelaskan identitasnya. Bagi dosen, hal ini penting. Apalagi di profil Google Scholar tidak hanya mencantumkan biografi pemilik akun.
Namun juga riwayat publikasinya, jumlah sitasi melalui h-indeks, dll. Jadi, dosen yang ingin memperkenalkan diri sebagai dosen profesional dan kepakarannya secara daring. Melengkapi profil pada bio Google Scholar sangat penting.
2. Menguatkan Akademik Branding
Sesuai penjelasan sebelumnya, biografi di Google Scholar membantu dosen memperkenalkan diri dan profesinya sebagai pendidik perguruan tinggi. Sehingga akan mencantumkan perguruan tinggi di bio tersebut.
Hal ini sama artinya, dosen tak hanya mempromosikan diri sebagai dosen profesional. Akan tetapi juga memperkenalkan nama perguruan tinggi. Langkah ini penting, karena belum semua masyarakat Indonesia mengenal seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
3. Merangkum Riwayat Publikasi Ilmiah
Arti penting selanjutnya mengecek dan mempelajari contoh biografi di Google Scholar serta menerapkannya adalah untuk merangkum riwayat publikasi ilmiah. Semua dosen di Indonesia yang bertanggung jawab atas profesi pilihannya, tentu akan menjalankan seluruh tugas dan kewajiban akademik.
Tugas dan kewajiban ini secara alami mendorong dosen mengurus publikasi. Misalnya, dosen baru diakui menjalankan tugas penelitian jika sudah ada publikasi hasil penelitian tersebut.
Seluruh publikasi ilmiah dosen baik dalam bentuk prosiding, jurnal, dan buku ilmiah. Bahkan skripsi, tesis, dan disertasi yang disusun untuk tujuan meraih gelar akademik bisa terdata di database Google Scholar. Profil dosen di platform ini juga akan menampilkan daftar riwayat publikasi ilmiah tersebut.
4. Menunjang Mahasiswa Mencari Dosen Promotor
Biografi di Google Scholar dimiliki oleh nyaris semua akademisi dan peneliti di dunia. Sebab membantu mereka untuk melakukan personal branding dan dikenal lebih luas. Termasuk oleh kalangan mahasiswa.
Ketika seorang mahasiswa, dosen dan calon dosen melakukan studi lanjut jenjang S3. Maka ada kebutuhan mencari dosen promotor. Hal ini berlaku di Indonesia dan bahkan di seluruh dunia.
Platform Google Scholar membantu para mahasiswa ini menemukan calon dosen promotor yang ideal. Yakni dengan informasi kepakaran dan riwayat publikasi ilmiah relevan yang ditampilkan profil Google Scholar.
5. Menunjang Kolaborasi
Tak hanya bisa ditemukan mahasiswa dalam upaya mencari dosen promotor. Profil dan juga bagian biografi di Google Scholar membantu dosen terhubung dengan dosen, mahasiswa, dan peneliti lain.
Dosen dan peneliti lain misalnya, yang ingin mencari mitra untuk berkolaborasi dalam penelitian lintas bidang keilmuan. Mereka bisa mencari di Google Scholar dan bisa menemukan akun Anda.
Informasi kepakaran di bidang apa, riwayat publikasi ilmiah, sampai kontak seperti alamat email bisa ditelusuri. Sehingga membantu menerima tawaran berkolaborasi. Bagi dosen, kolaborasi sangat penting untuk menunjang kegiatan penelitian, publikasi ilmiah, dan akademik branding secara konsisten.
6. Mendukung Dosen Meraih Hibah
Melengkapi profil dengan menyusun biografi di Google Scholar sangat penting untuk menunjang usaha dosen meraih hibah. Hal ini bisa terjadi, karena umumnya asesor program hibah akan mengecek atau memvalidasi kepakaran pengusul proposal penelitian.
Selain mengandalkan database SINTA, para asesor ini juga akan mengecek riwayat publikasi ilmiah pengusul di Google Scholar. Inilah alasan kenapa dosen di Indonesia sangat disarankan punya profil dan menyempurnakannya di Google Scholar. Sehingga informasi di dalamnya menunjang validasi para asesor program hibah.
7. Mendukung Penilaian BKD dan PAK
Arti penting biografi dosen di Google Scholar berikutnya adalah untuk mendukung penilaian dalam pelaporan BKD. Kemudian juga dalam proses penilaian angka kredit (PAK) saat dosen hendak mengajukan usulan kenaikan jabatan fungsional.
Dalam BKD maupun PAK, akan ada asesor yang melakukan penilaian. Misalnya dalam BKD, jika dosen melaporkan ada tugas pendidikan dengan menerbitkan buku ajar. Maka asesor akan melakukan validasi dengan menelusuri ada tidaknya buku ajar tersebut.
Yakni ke Google Scholar maupun platform lain, seperti Garuda Kemdiktisaintek. Jadi, memiliki profil dan melengkapinya di Google Scholar sama artinya dosen mendukung kinerja asesor. Sekaligus mengantisipasi resiko laporan BKD tidak diakui karena tidak bisa ditelusuri buktinya. Hal serupa berlaku untuk PAK.
Baca Juga: 11 Tips Lolos Publikasi Jurnal Internasional Bereputasi
Contoh Biografi di Google Scholar
Biografi sekali lagi adalah bagian dari profil Google Scholar. Biografi ini terletak di sebelah foto pemilik akun Google Scholar. Berikut beberapa contoh biografi di Google Scholar yang dimiliki kalangan dosen:
- Contoh 1

- Contoh 2

- Contoh 3

Baca Juga: Impact Factor Jurnal yang Bagus untuk Publikasi, Seperti Apa?
Tips Menyusun Biografi di Google Scholar Sesuai Bidang Ilmu
Melengkapi profil Google Scholar melalui biografi sangat penting. Sebab bisa menjadi media bagi dosen untuk menjelaskan profesi dosen yang ditekuni dan kepakarannya. Selain itu, diikuti dengan bukti atas klaim tersebut lewat daftar publikasi ilmiah di bawah biografi Google Scholar.
Memahami pentingnya biografi di Google Scholar, tentu memotivasi dosen untuk mengoptimalkan informasi di dalamnya. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
1. Atur Profil Bersifat Publik
Sebelum mulai menerapkan tips lain yang akan memaksimalkan informasi dan kesan profesional di biografi Google Scholar. Pastikan untuk mengatur profil Anda tersebut dalam mode publik atau umum bukan private.
Google Scholar memberikan fitur bagi para pemilik akun untuk mengatur profilnya privat atau publik. Jika ingin melakukan personal dan akademik branding, maka mode publik sangat dianjurkan.
Sehingga profil Anda ditemukan oleh pengguna lain. Kemudian semakin dikenal, ada peluang lebih besar menerima tawaran kolaborasi, bisa diakses asesor hibah maupun BKD dan PAK, dan lain sebagainya.
Adapun tata cara untuk mengatur profil Google Scholar publik adalah sebagai berikut:
- Buka browser pada perangkat dan masuk ke laman Google Scholar.
- Pada halaman utama Google Scholar, silahkan klik ikon tiga garis horizontal di sisi sebelah kiri atas.
- Maka akan muncul beberapa pilihan menu, silahkan klik “My Profile”.
- Selanjutnya masuk ke menu “Setting” dan akan muncul bagian yang menjelaskan mode akun di “Profile Visibility”. Silahkan klik pilihan “Make my profile public”.

- Kemudian klik tombol “Done”.
- Selesai.
2. Mengunggah Foto Profil
Tips kedua dalam memaksimalkan biografi Google Scholar adalah melengkapi foto. Profil pada Google Scholar bisa dilengkapi pengguna dengan foto profil. Foto profil ini sekaligus akan melengkapi informasi di bio.
Lewat foto, mahasiswa dan peneliti lain yang akan menawarkan kolaborasi bisa melihat Anda dengan lebih jelas. Sehingga saat tatap muka untuk membahas lebih lanjut bisa meminimalkan resiko salah orang.
Foto yang digunakan tidak harus sangat formal seperti foto pada ijazah. Namun, bisa dibuat lebih semi formal. Misalnya foto sambil tersenyum dengan baju semi formal seperti kemeja. Jika tidak ada foto yang dirasa menarik, maka foto yang ada bia di edit agar terlihat profesional dengan AI.
3. Menggunakan Nama Lengkap dengan Gelar Akademik
Profil dan biografi Anda di Google Scholar adalah untuk tujuan profesional. Maka sangat ideal jika menggunakan nama lengkap sesuai identitas resmi Anda. Sekaligus mencantumkan gelar akademik yang dimiliki.
Jadi, silahkan mengatur profil di Google Scholar dan gunakan nama lengkap. Diikuti juga dengan gelar akademik yang dimiliki. Baik gelar dari jenjang Diploma maupun Sarjana sampai pascasarjana yang berhasil diraih.
Hal ini penting, untuk memperkenalkan diri secara profesional. Sekaligus menegaskan kepakaran. Sebab, memiliki gelar pascasarjana untuk dosen adalah hal penting agar relevan dengan riwayat publikasi ilmiah. Sehingga kesan kuat menjadi pakar di suatu bidang lebih maksimal.
4. Cantumkan Jabatan Fungsional
Sebagai bagian dari akademik branding dosen, maka bisa mempertimbangkan untuk mencantumkan jabatan fungsional yang dipangku. Terlebih jika sudah sampai di jenjang Lektor Kepala maup Guru Besar.
Sebab jenjang jabatan fungsional ini akan menegaskan sikap profesional sebagai pendidik. Tanpa melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban sebagai dosen. Maka tidak mungkin bisa sampai ke jenjang jabatan fungsional tersebut.
Hal ini sejalan dengan riwayat publikasi ilmiah di bagian paling bawah profil Google Scholar. Sehingga akan melengkapi keseluruhan informasi pada biografi. Kemudian akan membantu ditemukan dan dipilih para kolaborator. Dimana banyak yang tertarik berkolaborasi dengan Guru Besar.
Baca Juga: Jasa Mengubah Tesis Menjadi Buku: Solusi Praktis Publikasi Ilmiah
5. Cantumkan Nama Fakultas dan Perguruan Tinggi
Tips kelima untuk mengoptimalkan biografi di Google Scholar adalah mencantumkan nama fakultas dan nama perguruan tinggi. Jika mengajar di sebuah universitas, maka tentu ada fakultas. Silahkan dicantumkan di bio Google Scholar.
Bagi dosen yang mengajar di perguruan tinggi vokasi, dimana tidak ada fakultas. Maka bisa hanya mencantumkan nama perguruan tinggi tempat mengabdi. Sehingga secara jelas menyebutkan dimana Anda mengajar dan menjalankan tugas akademik.
6. Cantumkan Kepakaran di Suatu Bidang Keilmuan
Tips selanjutnya, tentu saja menjelaskan kepakaran yang dimiliki pada suatu bidang keilmuan. Kepakaran ini dilengkapi dosen melalui My Profile di Google Scholar. Kemudian bisa mencantumkan beberapa sekaligus sesuai aktual di lapangan.
Sebab di suatu bidang keilmuan tentunya akan ada banyak topik. Beberapa topik ini bisa menjadi fokus kepakaran dosen. Sehingga selalu diusung dalam penelitian dan berbagai publikasi ilmiah yang dimiliki. Silahkan dicantumkan untuk memudahkan mahasiswa dan peneliti lain yang mencari kolaborator untuk menemukan Anda.
7. Update Data Pribadi dan Riwayat Publikasi Secara Berkala
Seluruh publikasi ilmiah yang dimiliki, bisa terupdate otomatis maupun manual di biografi Google Scholar. Jika nama Anda cenderung unik. Maka dibuat otomatis sangat disarankan agar praktis.
Sebaliknya, jika nama Anda bersifat umum dan banyak yang sama. Terutama nama-nama pendek dalam satu kata. Maka dianjurkan dibuat manual. Setiap kali ada publikasi ilmiah baru, maka bisa dimasukan ke Google Scholar secara manual.
Kemudian, update juga secara berkala untuk data pribadi lainnya. Misalnya jika ada gelar akademik baru karena baru saja lulus S3, pindah homebase, punya topik kepakaran baru, dan aspek lain. Maka silahkan diperbaharui berkala agar selalu relevan.
8. Mempromosikan Publikasi Ilmiah yang Dimiliki
Salah satu informasi yang tercantum di biografi Google Scholar adalah h-indeks. Pada bagian ini akan menjelaskan skor berdasarkan jumlah kutipan. Jadi jika publikasi yang dimiliki dikutip peneliti dan akademisi lain. Maka akan mempengaruhi h-indeks.
Supaya skor h-indeks tinggi, maka perlu rajin dipromosikan. Misalnya mempromosikan buku dan artikel jurnal Anda ke mahasiswa, dijadikan konten untuk dibahas di media sosial, dan ditautkan URL profil ke bio media sosial.
Semakin tinggi h-indeks, maka semakin menunjukan dampak publikasi yang dimiliki. Hal ini akan membentuk citra positif di mata akademisi dan peneliti lain. Sekaligus menguatkan posisi Anda sebagai mitra kolaborasi paling potensial.
9. Aktif Berkolaborasi dalam Tri Dharma
Profil dan biografi di Google Scholar akan optimal dengan kinerja akademik yang terus-menerus dan konsisten sebelum pensiun. Sehingga riwayat publikasi ilmiah selalu terupdate dan memberi informasi Anda aktif menjalankan tugas dan kewajiban akademik.
Salah satu strategi agar aktif menjalankan tugas dan kewajiban akademik tersebut, adalah dengan berkolaborasi. Baik dengan mahasiswa, dosen, dan peneliti dalam penelitian sampai publikasi ilmiah. Sehingga bisa terus memiliki riwayat publikasi baru.
Baca Juga: Jasa Konversi Hasil Penelitian ke Buku
10. Utamakan Publikasi di Media Kredibel
Tips berikutnya, adalah selalu berusaha dan mengutamakan media kredibel untuk publikasi hasil penelitian. Misalnya mengutamakan publikasi di jurnal terindeks Scopus maupun World of Science.
Sebab menembus jurnal yang masuk ke database bereputasi memang tidak mudah. Jika Anda berhasil melakukanya, maka akan menegaskan publikasi Anda berkualitas. Kemudian menjadi magnet para calon kolaborator menghubungi dan menawarkan kolaborasi.
Itulah beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mengoptimalkan biografi di Google Scholar. Jadi, jangan hanya mengecek dan mempelajari contoh biografi di Google Scholar milik dosen dan peneliti lain. Namun juga rutin melakukan optimasi.
Salah satu tips agar optimasi ke biografi Google Scholar berjalan baik adalah rajin menulis dan memiliki publikasi ilmiah. Jika Anda ingin menerbitkan buku, maka bisa melakukan dengan jasa konversi KTI agar prosesnya bisa lebih cepat.
Bagaimana jika agenda akademik terlalu padat? Bagaimana jika kurang terampil melakukan konversi KTI? Tak perlu cemas, karena bisa mengandalkan Layanan Konversi KTI dari Parafrase Indonesia. Lewat layanan ini, Anda akan dibantu konversi artikel ilmiah menjadi buku siap terbit dan mengoptimalkan branding melalui Google Scholar.
sumber:
- Scientific Publications. (2024). How to create and optimize a Google Scholar profile: step-by-step instructions. Diakses pada 22 Desember 2025 dari https://spubl.al/en/blog/how-to-create-and-optimize-a-google-scholar-profile-step-by-step-instructions
- Indonesian Scientific Publication. (2025). Peran Google Scholar dalam Meningkatkan Publikasi Ilmiah. Diakses pada 22 Desember 2025 dari https://idscipub.com/id/peran-google-scholar-publikasi-ilmiah/
- Duquesne University. (n.d). Day 1: Create a Google Scholar Profile and/or ORCID account. Diakses pada 22 Desember 2025 dari https://guides.library.duq.edu/impactchallenge/day1
- The University of Texas. (n.d). Managing Author Profiles Online. Diakses pada 22 Desember 2025 dari https://libguides.utsa.edu/AuthorProfile/GoogleScholarProfile