Cara Membuat Kerangka Berpikir Penelitian untuk Buku Referensi

Kerangka berpikir penelitian

Cara membuat kerangka berpikir untuk penyusunan buku referensi tentu menjadi hal penting untuk dipahami. Sebab buku referensi disusun oleh dosen dari hasil atau kegiatan penelitian. 

Kegiatan penelitian sendiri sering dimulai dengan menyusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini membantu dosen menentukan arah, fokus, dan aspek penting lain dalam penelitian. Lalu, apa hubungan kerangka berpikir penelitian dengan buku referensi yang ditulis dosen? 

Kerangka Berpikir Menurut para Ahli

Sebelum membahas mengenai cara membuat kerangka berpikir penelitian untuk penyusunan buku referensi. Maka penting untuk membahas dulu apa itu kerangka berpikir. Definisi kerangka berpikir dikemukakan sejumlah ahli. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Purnomo,  dkk.  (1998) 

Mengutip dari salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal TARBIYAH: Journal of Educational Science and Teaching, menurut Purnomo, dkk. (1998) kerangka berpikir adalah kerangka yang menjelaskan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. 

2. Widayat  dan  Amirullah  (2002)

Menurut Widayat dan Amirudin (2002), kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir disebut juga dengan istilah kerangka konseptual. 

3. Sugiono (2019) 

Menurut Sugiono (2019), kerangka berpikir penenlitian adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai aspek yang sudah diidentifikasi. 

Kerangka berpikir kemudian menjadi bagian dari kegiatan penelitian. Yakni menjadi tahap awal dalam suatu kegiatan penelitian. Dimana kerangka berpikir penelitian memuat teori dengan fakta, observasi, dan kajian kepustakaan. 

Kerangka berpikir yang disusun dosen dalam mengawali kegiatan penelitian akan membantu menemukan teori berkaitan suatu topik yang akan diteliti. Kemudian dikombinasikan dengan data atau kondisi aktual di lapangan. 

Sehingga membantu menyusun alur hubungan antara hasil kajian pustaka dengan hasil observasi. Kemudian membantu dalam menentukan variabel penelitian dengan benar. Sehingga mendukung penentuan arah dan fokus utama penelitian yang dilakukan. 

Baca Juga: Teknik Analisis Data dalam Riset Ilmiah: Metode, Contoh, dan Tips Memilihnya

Isi Kerangka Berpikir Penelitian 

Kerangka berpikir penelitian menjelaskan hubungan antara hasil kajian pustaka dengan hasil observasi di lapangan. Lalu, isi dari kerangka berpikir apa saja? Berikut bagian-bagian di dalam kerangka berpikir penelitian:

1. Identifikasi Masalah 

Identifikasi masalah berisi penjelasan mengenai suatu isu atau fenomena yang dipandang peneliti menarik untuk diteliti. Kemudian menjelaskan kenapa isu atau fenomena tersebut menarik dan perlu diteliti. 

2. Landasan Teori 

Landasan teori berisi penjelasan mengenai teori-teori hasil kajian pustaka yang membantu peneliti memahami isu atau fenomena yang akan diteliti. Sekaligus teori-teori yang menjelaskan variabel-variabel berkaitan isu atau fenomena tersebut. 

3. Variabel Penelitian 

Variabel penelitian berisi penjelasan mengenai variabel apa saja yang berpotensi masuk dan ditetapkan dalam penelitian. Variabel disini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. 

4. Hubungan Antarvariabel 

Hubungan antarvariabel menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang ditetapkan akan diteliti. Penjelasan yang dipaparkan harus logis dan mampu menjelaskan hubungan setiap variabel dengan dasar yang kuat. 

5. Visualisasi Hubungan Antarvariabel

Bagian terakhir di dalam kerangka berpikir penelitian adalah visualisasi dari hubungan antarvariabel yang sudah ditentukan dan dijelaskan di tahap sebelumnya. Visualisasi bisa dalam bentuk diagram alir atau flowchart, maupun model visualisasi lainnya. 

Baca Juga: Landasan Teori dalam Penelitian Ilmiah, dari Pengertian, Isi, hingga Contohnya

Cara Membuat Kerangka Berpikir dalam Penelitian 

Sesuai dengan isi dari kerangka berpikir, maka cara membuatnya juga melewati 5 tahapan. Berikut penjelasan detailnya: 

1. Melakukan Identifikasi Masalah 

Tahap yang pertama dalam membuat kerangka berpikir penelitian adalah mengidentifikasi masalah. Secara sederhana, di tahap ini peneliti perlu menentukan topik penelitian. 

Secara umum, topik penelitian bisa dalam bentuk masalah dan penelitian yang dilakukan bertujuan mencari solusi untuk mengatasinya. Kedua, topik penelitian bisa dalam bentuk fenomena baru. Sehingga penelitian yang dilakukan bertujuan mendapat penjelasan mengenai fenomena tersebut. 

1 Step 1
Apa yang Membuat Anda Tertarik Melakukan Parafrase?
keyboard_arrow_leftPrevious
Nextkeyboard_arrow_right
FormCraft - WordPress form builder

Identifikasi masalah atau fenomena bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun, pertama kali yang harus dilakukan adalah memastikan masalah atau fenomena tersebut relevan dengan bidang keilmuan yang ditekuni. Kemudian bisa mencarinya dengan observasi lingkungan sekitar, membaca artikel berita, dll. 

2. Menentukan Variabel Penelitian 

Tahap kedua dalam menyusun kerangka berpikir adalah menentukan variabel penelitian. Dalam penelitian, akan ada setidaknya dua variabel yang diteliti. Tujuan penelitian biasanya untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut. 

Dalam menentukan variabel penelitian, peneliti bisa memulai dengan fokus pada masalah atau fenomena yang diteliti. Sebab di dalam masalah dan fenomena penelitian, biasanya sudah menjelaskan salah satu atau beberapa variabel penelitian sekaligus. 

Misalnya, peneliti menetapkan masalah yang akan diteliti adalah “motivasi belajar siswa masa sekarang yang rendah”. Dalam masalah ini, terdapat satu variabel penelitian. Yakni ‘motivasi belajar”. 

Tahap kedua, untuk menentukan variabel lainnya adalah mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan “motivasi belajar”. Misalnya mencari tahu dampak dari motivasi belajar siswa yang rendah. dampak-dampak ini adalah variabel penelitian. Supaya penelitian tetap terfokus, sebaiknya memilih satu atau dua variabel saja. 

Baca Juga: Jenis-Jenis Hibah Penelitian Ilmiah

3. Mencari Teori Pendukung 

Tahap berikutnya, peneliti perlu mencari teori pendukung. Yakni melakukan kajian pustaka dengan membaca berbagai publikasi ilmiah yang relevan dengan topik penelitian. 

Misalnya, jika topik penelitian adalah “dampak motivasi belajar siswa yang rendah pada nilai akademik’. Maka peneliti bisa mencari publikasi ilmiah yang membahas motivasi belajar, faktor penyebabnya, dan dampak yang ditimbulkan. 

4. Menentukan Hubungan Antarvariabel 

Tahap keempat adalah menentukan hubungan dari dua variabel atau lebih yang sudah ditetapkan di tahap sebelumnya. Contohnya, jika variabel terikat adalah “motivasi belajar siswa”. Maka variabel lain, misalnya “nilai akademik” adalah variabel bebas. 

Hubungan antara dua variabel ini adalah hubungan kausal atau sebab akibat. Dimana motivasi belajar siswa menjadi penyebab, dan nilai akademik siswa merupakan akibat atau dampaknya. 

5. Membuat Visualisasi Hubungan Antarvariabel 

Tahap yang terakhir dalam membuat kerangka berpikir adalah membuat visualisasi dari hubungan antarvariabel yang sudah ditetapkan. Visualisasi disini bisa dalam bentuk diagram alir, dimana menjadi bentuk sederhana. Berikut contohnya: 

Sekaligus yang bisa dengan mudah menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih yang akan diteliti. Terdapat banyak sekali platform yang bisa digunakan untuk membantu memvisualisasikan hubungan antarvariabel. Sehingga bisa memilih salah satu yang dirasa paling mudah dan hasil paling memuaskan. 

Baca Juga: Apa Itu Literature Review? Definisi, Jenis, dan Cara Membuatnya

Kerangka Berpikir Penelitian sebagai Dasar Penyusunan Buku Referensi 

Kerangka berpikir penelitian membantu peneliti atau dosen menentukan arah dan fokus penelitian. Sebab membantu menetapkan topik penelitian dan variabel yang akan diteliti. Sehingga membantu menyusun proposal penelitian dengan jelas dan logis. 

Adanya kerangka berpikir, juga membantu melakukan penelitian dengan lancar dan selesai tepat waktu. Sekaligus mendapatkan hasil atau temuan sesuai dengan harapan, atau minimal mendekati. 

Jika penelitian berjalan lancar, maka tentu publikasi hasil penelitiannya pun berjalan baik. Salah satunya, hasil penelitian dipublikasikan ke dalam bentuk buku referensi. Supaya lebih mudah, pertimbangkan untuk melakukan konversi artikel ilmiah ke dalam naskah buku referensi. 

Jika kesulitan, maka bisa mengunduh dan membaca ebook Konversi KTI dari Parafrasa Indonesia. Sehingga dosen bisa terbantu menyusun naskah buku ilmiah dari hasil mengubah artikel pada jurnal maupun prosiding.

Bagikan artikel ini melalui

Picture of wahyu adji
wahyu adji
Saya merupakan SEO Specialist dan Conten Writer Profesional di bidang pendidikan seputar kampus, mahasiswa dan kedosenan di Parafrase Indonesia

Tinggalkan Balasan

Cari Artikel Lainnya

Jangan Lewatkan!

Ebook Terbaru🔥