Metode pembelajaran dalam dunia pendidikan kini sudah kian beragam, salah satunya yakni hybrid learning. Dalam hal ini, para dosen dapat memberikan materi kuliah secara tatap muka maupun jarak jauh.
Namun, pelaksanaan hybrid learning tentu harus diimbangi dengan buku referensi yang berkualitas agar proses pembelajaran tetap maksimal meskipun dilakukan secara daring.
Lalu, bagaimanakah panduan dalam menyusun buku referensi berkualitas khususnya untuk hybrid learning?
Simak penjelasan dari Parafrase Indonesia berikut ini!
Daftar Isi
Toggle1. Pahami Kebutuhan Pembelajaran Hybrid
Hal pertama yang mesti Anda lakukan sebelum menyusun buku referensi adalah memahami dengan jelas apa saja kebutuhan dalam pembelajaran dengan sistem hybrid.
Sebab sistem pembelajaran hybrid memadukan dua proses pembelajaran bagi para mahasiswa, yakni tatap muka secara langsung di kelas dan lewat media daring.
Penerapan dua sistem berbeda ini tentu membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam proses pembelajarannya.
Faktor inilah yang membuat Anda mesti memikirkan buku referensi yang dibuat bisa memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam memahami materi tertentu.
Selain itu, Anda juga harus memahami konteks kurikulum yang berlaku di kampus tempat bertugas. Pastikan juga komponen yang ada di dalam kurikulum tersebut terintegrasi dengan proses pembelajaran tatap muka dan daring.
Anda bisa menyusun buku referensi tersebut dengan pendekatan berbasis tugas dan pembelajaran berlandaskan masalah yang berkaitan dengan bidang ilmu yang ditekuni.
Dengan demikian, buku tersebut bisa relevan dan memenuhi kebutuhan pembelajaran hybrid nantinya.
2. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Mudah Dipahami
Bahasa menjadi kunci yang wajib Anda perhatikan dalam menyusun karya tulis ilmiah. Penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah akan berpengaruh pada tingkat pemahaman pembaca untuk mendapatkan informasi dari tulisan tersebut.
Berdasarkan hal ini, maka Anda tentu wajib menggunakan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah untuk dipahami ketika menyusun buku referensi.
Sebab karya tulis ilmiah ini bisa menjadi pegangan bagi mahasiswa yang ingin memahami materi tertentu secara mandiri.
Pastikan menggunakan bahasa yang koheren dalam menyampaikan informasi dalam karya tulis ilmiah. Selain itu, hindari terlalu banyak menggunakan istilah teknis yang bisa membingungkan pembaca dalam memahami informasi tertentu.
Anda juga harus memastikan materi yang disampaikan dalam buku referensi jelas dan sistematis. Hal ini bertujuan agar buku tersebut tetap bisa dipahami oleh para mahasiswa meskipun pembelajaran berlangsung daring tanpa tatap muka secara langsung.
Baca Juga:
- Perbedaan Buku Monograf dan Buku Referensi Hasil Penelitian
- Cara Menerbitkan Buku Referensi Ber-ISBN
- 8 Cara Memilih Topik untuk Menyusun Buku Referensi
- 7 Cara Mendapatkan Dana Hibah untuk Menerbitkan Buku Referensi
- Cara Menyusun Buku Referensi untuk Menambah Penghasilan Dosen
3. Perhatikan Format dan Cara Menyusun Buku Referensi
Tips berikutnya yang bisa Anda terapkan ketika menyusun buku referensi adalah memperhatikan format dan cara menyusun karya tulis ilmiah tersebut.
Susunan buku untuk pembelajaran hybrid mesti Anda atur dengan baik dan sistematis.
Hal ini bertujuan agar alur penyampaian yang ada di buku tersebut menjadi teratur dari awal hingga akhir.
Selain itu, penyusunan buku dengan format yang sistematis akan memudahkan mahasiswa untuk memahami materi yang ada di karya tulis ilmiah tersebut.
Setidaknya terdapat tiga unsur penting yang mesti Anda cantumkan dalam setiap bab buku, yakni ringkasan, soal latihan, dan referensi tambahan.
Ketiga unsur ini akan memudahkan mahasiswa untuk memahami materi secara mendalam.
Jangan lupa juga untuk mencantumkan tampilan visual dalam buku yang Anda kerjakan agar penyampaian materi menjadi lebih menarik.
Tampilan visual yang ditampilkan ini bisa berupa grafik, diagram, hingga tabel.
4. Integrasikan Konten Multimodal
Anda juga perlu mengintegrasikan penyusunan buku referensi dengan konten multimodal. Artinya Anda mesti menggunakan berbagai macam media dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah tersebut.
Jika biasanya sebuah buku hanya akan memanfaatkan teks tulisan dan gambar untuk menyampaikan materi, maka karya tulis yang ditujukan untuk pembelajaran hybrid butuh hal yang lebih dari itu.
Anda bisa menggunakan video dan audio juga agar buku referensi tersebut bisa dipahami oleh para mahasiswa.
Dengan memadukan berbagai macam media ini, maka referensi yang digunakan bisa digunakan untuk berbagai macam gaya belajar mahasiswa.
Tidak hanya itu, integrasi buku dengan konten multimodal ini juga akan membuat proses pembelajaran berjalan dengan lebih menarik dan dinamis.
5. Tambahkan Aktivitas Interaktif
Langkah berikutnya yang bisa Anda lakukan dalam menyusun buku referensi adalah menambahkan aktivitas interaktif dalam karya tulis ilmiah tersebut.
Aktivitas interaktif ini bertujuan agar para mahasiswa bisa ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Partisipasi aktif dari mahasiswa dibutuhkan agar kegiatan diskusi di kelas bisa berjalan lancar. Tanpa adanya partisipasi aktif ini, proses diskusi hanya akan berjalan satu arah saja dari dosen ke seluruh mahasiswa.
Banyak pilihan aktivitas interaktif yang bisa Anda masukkan dalam karya tulis ilmiah yang dibuat. Misalnya, Anda bisa mencantumkan tugas kolaboratif yang mesti dikerjakan para mahasiswa secara berkelompok.
Selain itu, Anda juga bisa mencantumkan soal latihan dan kuis untuk menguji sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang sudah dituliskan.
Adanya aktivitas interaktif ini bisa menunjang pemahaman mahasiswa terhadap materi tertentu dengan melakukan praktik secara langsung.
6. Buat Struktur Materi yang Fleksibel
Struktur materi dari buku referensi juga perlu Anda perhatikan agar karya tulis ilmiah yang dikerjakan sesuai dengan metode pembelajaran hybrid.
Pastikan struktur materi yang Anda buat bersifat fleksibel dengan proses pembelajaran, baik tatap muka langsung di kelas maupun secara daring.
Anda bisa menyusun materi dalam karya tulis ilmiah tersebut dengan mengarah pada modularitas. Artinya para mahasiswa bisa memilih materi yang ada di dalam buku tersebut dan mempelajarinya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Selain itu, Anda juga wajib memastikan buku yang dibuat bisa diakses secara mudah. Sebab kemampuan belajar dari setiap mahasiswa tentu berbeda-beda, sehingga mereka tetap bisa mengakses buku tersebut dari mana dan kapan saja.
Berikan juga ringkasan, referensi lebih lanjut, hingga soal latihan di setiap akhir pembahasan yang ada dalam buku yang Anda susun.
Tiga poin ini bisa membantu untuk menguji sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang sudah mereka baca.
7. Sertakan Tautan dan Referensi Daring
Hal terakhir yang bisa Anda perhatikan ketika menyusun buku untuk pembelajaran hybrid adalah menyertakan tautan dan referensi daring.
Referensi yang digunakan ini bisa dalam berbagai bentuk, mulai dari artikel jurnal, video pembelajaran, hingga forum diskusi secara daring.
Pastikan referensi daring ini bisa diakses dengan mudah oleh setiap mahasiswa. Dengan demikian, setiap mahasiswa bisa mengeksplorasi materi yang mereka dapatkan secara mandiri nantinya.
Itulah tips yang bisa Anda terapkan dalam menyusun buku referensi yang berkualitas khususnya untuk hybrid learning.
Masih kesulitan dalam menyusun buku referensi? Tenang! Anda bisa menerbitkan buku referensi menggunakan tugas akhir atau karya ilmiah!
Melalui Layanan Parafrase Konversi dari Parafrase Indonesia, Anda cukup mengirimkan karya ilmiah (tesis, disertasi, artikel jurnal, dan hasil penelitian lainnya), lalu tim profesional bersertifikasi BNSP dari Kami akan mengonversi karya ilmiah Anda menjadi buku referensi berkualitas dan garansi lolos ISBN.
Sehingga buku tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk mengajar, tetapi juga dapat diajukan dalam pelaporan BKD guna menunjang kenaikan jabatan fungsional.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, ubah karya ilmiah Anda menjadi buku referensi untuk mempermudah pembelajaran dan raih karier akademik yang lebih tinggi!